"Peran Kaum Awam dalam Gereja Menurut Lumen Gentium: Panggilan untuk Menjadi Terang di Dunia"



Lumen Gentium, dokumen penting dari Konsili Vatikan II, menjelaskan tentang status dan peran kaum awam dalam Gereja. Artikel 31 mengungkapkan bahwa "kaum awam" merujuk kepada seluruh umat Kristiani yang tidak termasuk dalam golongan imam atau mereka yang mengikrarkan kehidupan religius yang diakui oleh Gereja. Ini berarti bahwa kaum awam terdiri dari seluruh orang beriman yang hidup dalam dunia sehari-hari dan menjalani panggilan mereka di luar tugas kekhususan imam atau biarawan/biarawati. Penjelasan ini sangat penting karena memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hakikat dan peran kaum awam dalam Gereja Katolik.


Kesamaan yang dimaksud dalam Lumen Gentium merujuk pada panggilan universal untuk hidup dalam Kristus dan mengikuti ajaran-Nya. Semua orang beriman, terlepas dari status mereka, dipanggil untuk menjadi saksi iman dalam dunia ini. Sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, "Kamu adalah terang dunia" (Matius 5:14), yang menegaskan bahwa setiap umat beriman, tanpa memandang statusnya, memiliki tugas yang sama untuk menjadi terang bagi sesama melalui kehidupan yang mencerminkan kasih dan kebenaran Kristus. Dalam hal ini, peran kaum awam dalam Gereja tidak bisa dipandang sebelah mata, karena mereka turut ambil bagian dalam misinya, meskipun tidak memiliki peran khusus seperti imam.


Namun, ada sisi kekhasan dari kaum awam yang membedakannya dari anggota Gereja lainnya, terutama dari kalangan imam dan religius. Kaum awam dipanggil untuk melaksanakan panggilan hidup mereka dalam dunia yang lebih luas, melalui pekerjaan dan hubungan sosial sehari-hari. Ini merupakan aspek yang sangat nyata dalam kehidupan mereka, di mana mereka menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Peran ini sesuai dengan pengajaran Kitab Suci dalam Kolose 3:17, yang mengatakan, "Apapun yang kamu perbuat, lakukanlah itu semua dalam nama Tuhan Yesus." Dengan kata lain, hidup kaum awam bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Tuhan dan sesama, melalui pekerjaan dan interaksi mereka dengan dunia sekitar.


Namun, tantangan nyata yang dihadapi oleh kaum awam dalam menjalani panggilan mereka adalah tekanan duniawi yang sering kali menggoda mereka untuk menjauh dari ajaran Kristus. Dalam dunia yang serba materialistis ini, kaum awam sering kali merasa terjebak dalam rutinitas kehidupan yang penuh dengan kesibukan, ambisi, dan godaan untuk mengejar keuntungan pribadi. Hal ini bisa menyebabkan mereka kehilangan fokus pada panggilan asli mereka sebagai saksi Kristus. Surat kepada Roma 12:2 mengingatkan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, supaya kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."


Selain itu, banyak kaum awam juga menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan iman mereka dengan kehidupan profesional dan keluarga. Seringkali mereka merasa kesulitan untuk menyeimbangkan tuntutan pekerjaan, kehidupan pribadi, dan komitmen iman. Kitab Suci mengingatkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ini dalam 1 Korintus 10:31, "Jika kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." Ini berarti bahwa setiap aktivitas dalam kehidupan kaum awam, baik itu bekerja, membangun keluarga, atau bersosialisasi, haruslah menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan, bukan hanya urusan pribadi.


Pada tingkat gerejawi, banyak orang beriman merasa bahwa peran mereka dalam gereja sering kali kurang diperhatikan atau dipahami. Beberapa merasa bahwa Gereja lebih banyak fokus pada pelayanan sakramen dan tugas-tugas liturgis yang dipegang oleh imam, sementara kontribusi kaum awam sering kali terlupakan. Padahal, menurut Lumen Gentium, keberadaan kaum awam sangat penting dalam kehidupan Gereja. Mereka dipanggil untuk memberi kesaksian iman melalui kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam keluarga, pekerjaan, atau masyarakat. Hal ini diperkuat dengan perkataan Santo Paulus dalam Filipi 2:15, "Hidupkanlah sebagai anak-anak terang di tengah-tengah dunia yang bengkok dan sesat."


Tantangan lainnya adalah peran kaum awam dalam membangun Gereja yang lebih inklusif dan melayani. Kaum awam diundang untuk terlibat aktif dalam misi Gereja, bukan hanya sebagai penerima pelayanan, tetapi juga sebagai pemberi pelayanan. Mereka dipanggil untuk menjadi mitra dalam tugas penginjilan dan pelayanan kepada yang miskin dan yang menderita. Dalam hal ini, Lumen Gentium menyatakan bahwa mereka harus menjalani hidup sesuai dengan panggilan Kristus di tempat mereka berada, yaitu di tengah dunia, untuk membawa kebaikan dan kedamaian. Seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku."


Lebih jauh lagi, kaum awam dipanggil untuk menghidupi panggilan mereka dalam konteks sosial-politik. Di dunia yang sering kali diliputi oleh ketidakadilan, ketimpangan, dan penderitaan, mereka harus berperan aktif dalam membangun dunia yang lebih adil dan penuh kasih. Surat Yakobus 2:14-17 menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Oleh karena itu, umat awam diajak untuk tidak hanya berdoa atau beribadah di gereja, tetapi juga untuk menunjukkan iman mereka dengan tindakan nyata dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia, kesejahteraan sosial, dan perdamaian.


Peran kaum awam dalam Gereja adalah aspek yang sangat vital, baik dari segi spiritual maupun sosial. Lumen Gentium menekankan pentingnya pengakuan terhadap hakikat dan kekhasan kaum awam, yaitu sebagai pembawa terang Kristus di dunia ini. Meskipun mereka bukan imam atau religius, panggilan mereka untuk menguduskan dunia melalui tindakan sehari-hari adalah bagian integral dari misi keselamatan yang dipercayakan kepada Gereja. Seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 2:9, "Tetapi kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri." Kaum awam, dengan segala tantangannya, dipanggil untuk menghidupi panggilan ini dengan penuh pengabdian dan kesetiaan.


Pertemuan Soteriologi - 5 November 2024

Komentar