"Anthroposentris dan Kristosentris dalam Keselamatan: Implikasi Sosial dan Teologis"



Pandangan Anthroposentris tentang Keselamatan

Pandangan anthroposentris menempatkan manusia sebagai pusat dari peristiwa keselamatan. Menurut pandangan ini, keselamatan diperlukan sebagai respons terhadap dosa manusia; dengan kata lain, manusia harus jatuh ke dalam dosa terlebih dahulu untuk kemudian diselamatkan oleh Allah. Dalam perspektif ini, keselamatan menjadi upaya pemulihan dari keadaan yang telah rusak oleh dosa. Hal ini menekankan pentingnya penebusan dosa agar manusia dapat kembali ke keadaan yang benar di hadapan Allah. Masalah sosial yang berkaitan adalah ketidakadilan, kemerosotan moral, dan kekerasan yang dianggap sebagai akibat dari dosa manusia yang terus berulang, membutuhkan penebusan sebagai solusi.


Keselamatan sebagai Solusi bagi Kerusakan Dunia 

Pandangan anthroposentris melihat dosa sebagai penyebab utama berbagai masalah di dunia. Ketidakadilan, kekerasan, dan kemiskinan dianggap sebagai dampak langsung dari dosa manusia. Dengan demikian, keselamatan dipandang sebagai upaya untuk menyembuhkan dan memperbaiki dunia yang rusak akibat dosa. Dalam pandangan ini, tanggung jawab manusia untuk bertobat sangat penting, karena hanya dengan penyesalan dan penebusan dosa, kondisi dunia yang lebih baik dapat tercapai. Namun, tantangannya adalah bagaimana manusia dapat secara aktif mewujudkan pertobatan dalam tindakan sosial untuk memperbaiki ketidakadilan dan penderitaan di dunia.


Kristosentris: Keselamatan sebagai Bagian dari Rencana Allah

Sebaliknya, pandangan kristosentris menempatkan Kristus sebagai pusat dari keselamatan. Menurut perspektif ini, keselamatan tidak berawal dari dosa manusia, tetapi dari kasih Allah yang kekal. Allah, dalam rencana-Nya, telah menetapkan Kristus sebagai jalan keselamatan, bahkan sebelum dosa manusia terjadi. Dengan demikian, keselamatan dilihat sebagai bagian dari rencana Allah untuk menyatukan ciptaan-Nya dalam kasih-Nya. Pandangan ini menekankan bahwa keselamatan sudah menjadi tujuan Allah sejak awal, bukan sekadar respons terhadap dosa, melainkan manifestasi dari cinta Allah yang sempurna.


Kasih Allah sebagai Dasar Keselamatan

Dalam pandangan kristosentris, keselamatan tidak hanya merupakan jawaban atas dosa tetapi wujud dari kasih Allah kepada ciptaan-Nya. Dengan mengutus Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya yang tulus untuk membawa manusia dan seluruh ciptaan ke dalam persekutuan abadi dengan-Nya. Kasih yang diwujudkan melalui Kristus menjadi panggilan bagi manusia untuk hidup dalam kasih dan kedamaian. Secara sosial, pandangan ini menantang manusia untuk menerapkan prinsip kasih dalam hubungan mereka, dengan tujuan menciptakan dunia yang harmonis, bebas dari kebencian dan diskriminasi.

Dalam pendekatan anthroposentris, keselamatan berfokus pada pertobatan individu sebagai jalan untuk memulihkan hubungan dengan Allah. Implikasi sosial dari pandangan ini adalah bahwa masyarakat harus berjuang melawan dosa, baik secara pribadi maupun kolektif. Permasalahan sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan korupsi dianggap sebagai dampak dari dosa yang mengakar dalam masyarakat. Oleh karena itu, gerakan pertobatan massal sering kali menjadi solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki masalah sosial. Namun, ini bisa menciptakan tekanan pada individu untuk memenuhi standar moral tertentu, dan mungkin tidak sepenuhnya menyentuh akar masalah struktural. 

Dalam pendekatan kristosentris, keselamatan melalui Kristus berimplikasi bahwa kasih adalah dasar dari hubungan manusia dengan Allah dan sesamanya. Secara sosial, ini mendorong masyarakat untuk menempatkan cinta dan penerimaan di atas segala bentuk aturan atau sanksi. Pandangan ini dapat mempromosikan perdamaian, toleransi, dan keterbukaan dalam hubungan sosial, karena setiap orang dipandang berharga di mata Allah. Selain itu, pandangan ini memberi dorongan kepada manusia untuk aktif dalam misi penyelamatan dunia dengan mengupayakan keadilan, membantu sesama, dan memelihara lingkungan sebagai bagian dari kasih Allah.


Kritik terhadap Pendekatan Anthroposentris

Pendekatan anthroposentris yang menekankan dosa sebagai dasar dari keselamatan bisa menghadapi kritik, terutama karena cenderung memandang keselamatan sebagai tindakan pemulihan dari suatu kerusakan. Pandangan ini bisa dianggap terbatas karena berfokus pada kejatuhan manusia, sehingga seolah menempatkan hubungan manusia dengan Allah dalam konteks “kesalahan” yang perlu ditebus. Dalam praktik sosial, ini dapat menciptakan rasa bersalah atau takut yang berkepanjangan, dan mungkin kurang menekankan sisi positif dari kasih Allah yang tak bersyarat.


Kritik terhadap Pendekatan Kristosentris  

Sebaliknya, pendekatan kristosentris yang menekankan keselamatan sebagai kasih Allah yang melampaui dosa dapat dianggap terlalu idealis dan kurang memperhatikan realitas kejahatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan ini, tantangan sosial seperti korupsi atau ketidakadilan mungkin tidak cukup ditangani jika hanya berfokus pada kasih tanpa tanggapan yang nyata terhadap dosa. Oleh karena itu, pendekatan kristosentris perlu diimbangi dengan kesadaran bahwa kasih Allah juga mengandung panggilan untuk bertobat dan menjalani kehidupan yang benar.


Kesimpulan  

Baik pandangan anthroposentris maupun kristosentris memiliki kontribusi penting dalam memahami keselamatan. Pendekatan anthroposentris menekankan pentingnya pertobatan individu dan tanggung jawab moral dalam mengatasi dosa sosial, sementara pendekatan kristosentris mengangkat kasih Allah yang kekal sebagai dasar keselamatan bagi seluruh ciptaan. Secara sosial, kedua pendekatan ini menawarkan perspektif yang bisa memperkaya cara pandang manusia terhadap permasalahan dunia, baik melalui pertobatan maupun melalui penerapan kasih Allah yang aktif. Dalam kehidupan sehari-hari, keselamatan yang terpusat pada Kristus dapat menjadi dasar bagi manusia untuk mengatasi tantangan sosial, berbuat baik, dan memperjuangkan keadilan sebagai wujud kasih Allah bagi seluruh ciptaan.


PERTEMUAN 9 SOTERIOLOGI 

Komentar