"Wahyu Keselamatan: Membangun Keadilan di Tengah Krisis Moral"


KEHADIRAN ALLAH PADA MANUSIA

Wahyu adalah komunikasi Allah dengan manusia yang memungkinkan manusia memahami kebenaran ilahi. Pandangan filosofis seperti dari René Descartes yang mengatakan "Aku berpikir maka aku ada" menunjukkan bahwa kemampuan berpikir manusia menuntun pada kesadaran akan adanya sebab utama, yaitu Allah.


Pada Konsili Vatikan II, melalui dokumen "Dei Verbum", dijelaskan bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui wahyu, bukan sekadar dalam bentuk pengajaran atau dogma, tetapi melalui persekutuan yang erat dengan manusia. Wahyu ini bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan persahabatan antara Allah dan manusia. Puncak dari wahyu ini adalah Yesus Kristus, yang menjadi sarana utama penebusan manusia dari dosa.


Dosa, yang merupakan salah satu permasalahan mendasar dalam ajaran Soteriologi, memisahkan manusia dari Allah. Namun melalui penjelmaan dan pengorbanan Kristus, manusia mendapatkan penebusan dan diselamatkan. Keselamatan ini adalah anugerah Allah yang memungkinkan manusia untuk dipulihkan dan kembali dalam persatuan dengan-Nya.


MENILIK KEMBALI: KRISIS MORAL DAN ETIKA

Salah satu persoalan nyata yang terjadi di masyarakat saat ini adalah krisis moral dan etika, yang terlihat dalam banyak aspek kehidupan seperti korupsi, ketidakjujuran, dan tindakan yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi. Hal ini sering terjadi di berbagai bidang seperti politik, bisnis, dan bahkan kehidupan sehari-hari. Korupsi, misalnya, adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang merusak tatanan sosial dan melukai rasa keadilan masyarakat.


Di tengah kondisi ini, banyak orang merasa kehilangan arah dan tujuan hidup, sehingga menempatkan kesenangan pribadi dan materialisme sebagai fokus utama hidup mereka. Krisis ini juga diperburuk dengan sikap apatis terhadap nilai-nilai moral dan agama, di mana sebagian orang mulai meragukan pentingnya menjalani hidup yang berlandaskan kebenaran dan keadilan.


Akibat dari krisis moral ini adalah keretakan sosial yang semakin dalam. Masyarakat menjadi lebih individualistis, saling curiga, dan sulit membangun kepercayaan. Ketidakjujuran dan ketidakadilan yang merajalela menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan tanpa adanya perubahan mendasar dalam cara pandang dan tindakan kita sebagai individu maupun komunitas.


MENEMUKAN KESELAMATAN

Materi tentang Soteriologi, khususnya wahyu dan keselamatan melalui Yesus Kristus, memberikan jawaban atas krisis moral yang melanda masyarakat saat ini. Sebagai puncak wahyu, Yesus tidak hanya memberikan ajaran moral, tetapi juga menjadi contoh nyata tentang bagaimana hidup dalam kebenaran dan kasih. Yesus menunjukkan bahwa keselamatan tidak hanya terkait dengan kehidupan setelah mati, tetapi juga bagaimana manusia harus hidup dengan penuh integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab terhadap sesama di dunia ini.


Dalam konteks masyarakat yang terjebak dalam korupsi dan ketidakadilan, Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk menjadi saksi dari kasih dan kebenaran Allah. Peran Gereja adalah menyampaikan pesan keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus, baik melalui pewartaan maupun tindakan nyata. Gereja harus berani menyuarakan kebenaran, menentang ketidakadilan, dan menjadi teladan dalam hidup yang bermoral.


Keselamatan yang dijanjikan oleh Kristus bukan hanya soal pengampunan dosa, tetapi juga pemulihan relasi manusia dengan Allah dan sesamanya. Oleh karena itu, pengajaran tentang keselamatan harus diwujudkan dalam tindakan yang mendukung keadilan sosial dan pemulihan hubungan antar individu dalam masyarakat. Dengan mengikuti teladan Kristus, masyarakat dapat dibebaskan dari belenggu ketidakadilan dan membangun kehidupan yang lebih harmonis dan penuh kasih.


KESIMPULAN

Materi Soteriologi mengajarkan bahwa keselamatan bukan hanya tentang kehidupan setelah mati, tetapi juga tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan di dunia ini dalam persekutuan dengan Allah. Krisis moral yang terjadi di masyarakat saat ini menuntut kita untuk kembali kepada nilai-nilai Injil yang diajarkan oleh Yesus Kristus, yang menekankan pentingnya hidup dalam kebenaran, keadilan, dan kasih.


Sebagai umat beriman, kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi saksi dari keselamatan ini dengan menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih Allah. Ketika kita menghadapi ketidakadilan dan kerusakan moral di sekitar kita, kita dipanggil untuk tidak hanya diam, tetapi berani menegakkan kebenaran, seperti yang diajarkan oleh Yesus. Dengan demikian, kita tidak hanya menyelamatkan diri kita sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menyelamatkan masyarakat dari krisis moral yang merusak.


Pada akhirnya, refleksi tentang keselamatan harus mendorong kita untuk bertindak. Iman kita harus diwujudkan dalam perbuatan yang nyata, yang memperjuangkan keadilan dan memulihkan hubungan yang rusak dalam masyarakat. Dengan hidup sesuai dengan teladan Kristus, kita dapat menjadi agen perubahan dan harapan bagi dunia yang sedang mengalami krisis moral.


Pertemuan II Soteriologi - 21 September 2024 



Komentar

Postingan Populer